Monday, July 03, 2006

Nanti Kotor.....

Satu lagi mengenai anak gue dapetin dari website ini.

Indonesia Urutan Terendah dalam Riset Kemampuan Fisik dan Bermain Anak


JAKARTA,Belum selesai ribut-ribut soal banyaknya tunas bangsa yang bernasib malang karena tidak lulus ujian nasional SMA dan SMP, kini bertambah lagi daftar kelemahan sumber daya manusia di Indonesia. Menurut hasil riset Play and Physical Quotient (PQ) atau riset kemampuan fisik dan bermain anak, Indonesia menempati urutan terendah dibandingkan dengan Thailand, Vietnam dan Jepang.

PQ adalah elemen penilaian yang mengukur kemampuan fisik seorang anak dalam melakukan berbagai aktivitas dan permainan, yaitu apakah sesuai dengan kemampuan anak seusianya. Pelaksanaan tes PQ yang baru pertama kali dilakukan ini, diprakasai oleh Rinso, sebuah merek sabun cuci terkenal.

Tes PQ tersebut dilakukan selama bulan Januari 2006 terhadap 4.000 anak perempuan dan
laki-laki berusia 6-12 tahun di sejumlah kota besar di empat negara Asia yaitu Jepang (Tokyo dan Osaka), Thailand (Bangkok, Chiang Mai dan Khon Kaen), Vietnam (Hanoi dan Ho Chi Minh) dan Indonesia (Jakarta dan Surabaya).

Proses pengukuran tes PQ ini berupa pengukuran Body Mass Index (BMI), pengisian kuesioner mengenai gaya hidup anak-anak dan bermacam aktivitas fisik seperti lari halang rintang, melempar bola ke dinding, dan sebagainya.

Dari hasil riset tersebut terungkap bahwa aktivitas yang paling sering dilakukan anak-anak setiap hari adalah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan menonton televisi. Namun kegiatan waktu luang mereka berbeda-beda.

Misalnya anak-anak di Thailand menghabiskan waktu istirahatnya untuk membantu orangtua mengerjakan berbagai pekerjaan rumah, sementara anak-anak di Jepang bermain di luar rumah. Anak-anak di Vietnam memakai waktunya untuk berolahraga, sedangkan anak Indonesia lebih suka membaca buku dan bermain komputer.

Dari hasil ini terlihat bahwa anak-anak di negara lain masih sempat melakukan berbagai kegiatan fisik yang menyenangkan di luar waktu mengerjakan PR, namun tidak demikian dengan anak di Indonesia yang lebih suka melakukan kegiatan fisik minimum seperti membaca dan main komputer.

Yang menarik, alasan anak-anak Indonesia, bahkan juga Thailand dan Vietnam, menjawab bahwa mereka dilarang orangtuanya bermain karena takut pakaiannya kotor, sehingga mereka dilarang bermain di luar rumah. Tetapi orangtua di Indonesia mempunyai prosentasi paling tinggi dalam melarang anaknya bermain di luar.

Menurut Reni Kusumowardhani dari Himpunan Psikolog Indonesia Wilayah DKI Jaya (Himpsi Jaya), ada persepsi yang keliru dari para orang tua di Indonesia. "Orang tua masih menganggap ngapain sih main melulu, mendingan juga les," katanya.

Padahal, tambah Reni, orang tua seharusnya menyadari bahwa bermain adalah jendela perkembangan anak. Lewat bermain justru semua aspek perkembangan anak bisa ditumbuhkan secara optimal dan maksimal. "Kalau ke depan kondisi PQ anak Indonesia masih rendah, bagaimana nasib bangsa ini nanti ?" tanyanya prihatin.

Untuk mengembangkan IQ (Intelligent Quotient), EQ (Emotional Quotient) dibutuhkan modal, dan ternyata menurut penelitian modal yang paling tepat adalah lewat kegiatan bermain. Lewat kegiatan bermain anak-anak akan belajar tenggang rasa, tahu aturan serta pengembangan kemampuan kognitif anak.

Senada dengan Reni, Kak Seto, pemerhati masalah anak, menyatakan bahwa bermain adalah hak asasi anak. Menurutnya setiap kota seharusnya memiliki taman bermain untuk anak-anak. Jika anak senang dan ada gerakan-gerakan maka kemampuan kognitifnya akan berkembang.

Menanggapi hasil riset PQ yang dilakukan Rinso tersebut, Kak Seto menjelaskan bahwa anak-anak perkotaan memang lebih suka bermain di depan komputer. Ia juga mengingatkan bahwa IQ bukan segala-galanya, menurutnya mereka yang sukses di masyarakat tidak hanya pintar secara intelektual tetapi juga baik kecerdasan sosial dan motoriknya.

"Semoga hasil ini tidak mencerminkan seluruh kualitas bangsa, karena yang dinilai hanya di ukur dua kota besar, memang di kota besar anak-anak lebih banyak main game dan bikin PR, tetapi di daerah masih banyak anak yang berkotor-kotor. Dan mereka inilah yang akan memimpin bangsa di masa depan, supaya tidak hanya mengedepankan sesuatu yang sifatnya teori dan abstrak".


Mumpung menjelang hari anak gue ingin banget menyoroti hal bermain.Harus diakui gue mungkin kurang banyak bermain waktu kecil...makanya gue pikirannya maiiiinnn molo hheheheehheheehhe...
Bahkan ketika umur segini gue masih kepengen main....duh semoga my little bell kaga keberatan kalau gue seneng main.

Untuk mengembangkan kognitif skill dan social skill anak kecil itu harus main.Bayangkan kalau mereka cuman duduk di depan TV atau di depan meja baca buku saja.Bukankan perkembangan fisik pada anak2 itu adalah hal yang sangat penting ?belum lagi di kaitkan dengan pertumbuhan otot dan kesehatan..bisa panjang deh ceritanya.

Alasan orang tua "Ntar kalau bermain (terutama outdoor) baju atau tubuhnya kotor". Ini bisa dimengerti karena mengingat sabun cuci di beli pakai uang ^_^.Tapi kan bisa ajah orangtuanya yang ngajakin anaknya main sehingga bisa kotor bareng.Anak melihat bahwa orang tuanya adalah sumber keseriusan dan pelarangan.Mereka tidak bisa membayangkan orang tuanya itu bermain....bukankah itu mengajak anak berfikir bahwa orang tua adalah makluk lain ?

kalau sudah tidak punya waktu untuk bermain sama anak2 (karena sibuk nyari duit, nasi tidak turun dari langit, tagihan kartu kridit yang kaga abis2)minimal beri kesempatan anak2 mengeksplorasi lingkungan dan kemampuan tubuh (fisiknya) di luar sana.

Dilematis and yet....ini adalah wabah yang melanda dunia..orang tua tidak punya waktu untuk anak karena tuntutan kehidupan terus meningkat.Guess what ?? Anak2nya mereka pun akan seperti itu nantinya....Masih ngeri sih kalau berbicara mengenai bagaimana anak-anak adalah copycator terhebat dari orang tuanya...

Kesehatan anak
Pengaruh obesitas dari artikel di sini
There are many factors that contribute to causing child and adolescent obesity - some are modifiable and others are not.

Modifiable causes include:

* Physical Activity - Lack of regular exercise.
* Sedentary behavior - High frequency of television viewing, computer usage, and similar behavior that takes up time that can be used for physical activity.
* Socioeconomic Status - Low family incomes and non-working parents.
* Eating Habits - Over-consumption of high-calorie foods. Some eating patterns that have been associated with this behavior are eating when not hungry, eating while watching TV or doing homework.
* Environment - Some factors are over-exposure to advertising of foods that promote high-calorie foods and lack of recreational facilities.

Non-changeable causes include:

* Genetics - Greater risk of obesity has been found in children of obese and overweight parents.

dari 6 sebab kenapa anak kecil bisa obesitas...5 diantaranya (85% nya) bila di runutkan menjadi kekurangan aktifitas fisik.

mau yang lebih seru lagi..mari kita lihat akibat dari obesitas ini:

Along with the rise in childhood obesity, there has been an increase in the incidence and prevalence of medical conditions in children and adolescents that had been rare in the past. Pediatricians and childhood obesity researchers are reporting more frequent cases of obesity-related diseases such as type 2 diabetes, asthma and hypertension that once were considered adult conditions.

Ibu dari segala penyakit adalah diabetes...So, next time yoaur child want to play...let them be or give the a proper surveilance and guidance.

Walaupun mereka akan menghadapi banyak tantangan di depan, tapi mereka tetap anak2...jangan menuntut mereka untuk lebih karena suatu saat itu akan kembali.Ajarkan hidup yang seimbang lebih baik daripada pelarangan tanpa alasan yang kuat.

SO......LETS PLAYY !!!

Work HARD play HARDER !!!

5 comments:

Anonymous said...

Dan itu sudah berlangsung sejak masih generasi kita.

Gw beruntung karena punya orang tua yang memperbolehkan gw main di luar terus, mulai dari TK sampe sekarang. Gw juga beruntung karena pada umur2 gw bermain, kita selalu dapet tempat tinggal dalam kompleks perumahan, sehingga gw dan temen2 gw gak usah main di jalan raya.

Gw suka kasihan sama keponakan2 gw yg, kayaknya, gak bisa menikmati hidup begini. Jaman dulu kita PR sih ada (walopun gw suka males bikin, hehehe...), sekolah ya sekolah, les ya les, main video game juga (jaman atari, hihihi.. sama game watch! inget gak?) -- tp semua itu gak membuat kita stuck depan tipi. Iya kan Son?

Kalo soal baju kotor, nah, kesan gw nih ortu belum apa2 udah merki sama sabun cuci (seperti tulisan lo juga, hehe..)! Gw tadinya sempet berpikir apakah ini karena perekonomian kita yang selalu dianggap sedang sulit? Tp karena hal serupa juga terjadi waktu kita sedang "jaya2nya" sebagai salah satu little asian economic tiger (inget gak economic growth kita sempet mencapai 7%), kok kayaknya asumsi itu bisa langsung dipatahkan.

Mungkin juga karena struktur sosial kita yang masih membedakan kelompok anak2 yang "main di luar" dan anak2 yang "punya mainannya sendiri" ;). Hahaha.. lo boleh bilang gw ngawur, tapi this applies to certain people.

Di samping itu, perencanaan tata kota kita yang ngawur juga ikut mempengaruhi kurangnya tempat bermain outdoor untuk anak2.

Banyak, banyak faktornya... Tapi tinggal bagaimana kita mengassess masalah2 itu dan membuat rencana perbaikannya. Gak boleh ada kata terlambat untuk sesuatu yg sifatnya baik!

Sontoloyo said...

Menurut gue sekarang orang tua kaga seneng anaknya hitam terbakar matahari...main di outdoor katanya kaya orang susah,emang orang tuanya kaga bisa beliin mainan hahahahahahaha....gue juga bersyukur walaupun kurang tapi sempet ngerasain main di outdoor, gala asin , tak umpet, tak jongkok, tak tomat (ga tau pasti),kasti,bola gebok,mancing dan hal2 lain yang sangat seru....

kebayang aja satu kompleks anak2nya maen gala asin....sampe kurungannya harus 12 orang baru kalah ck..ck...ck...tembusinnya ajah 8 lapis heheheheheehe....jadi pengen punya remote masa lalu.

N.A.O said...

Setuju! Jaman sekarang karena kurang maen di luar rumah, maen permainan2 tradisional yang bersifat olahraga gitu, aku liat banyak banget anak2 di mana2 kegendutan sekarang. Kalo hamster sih masih lucu. Tapi kalo manusia kan gak sehat banget. Termasuk yang nulis komen ini juga kurang gerak. Wakakakakka.
Kalo dulu aku aktif banget sepedaan ke mana2 waktu kecil. Maklum gak punya maenan, gak punya temen, jadinya sepedaan sendiri ke mana-mana. Sampe gosong terbakar mentari.

Btw, justru anggapan banyak daging, susu, keju baek buat tulang untuk anak2 itu gak bener loh. Yang bener justru, olahraga dan sayur2an hijau, itu yang baek untuk pertumbuhan tulang!

ester said...

gue dulu sukanya maen petak umpet di gang sebelah sama anak2 tetangga. kalo lagi maen, gue suka sembunyi di rumah sendiri, sambil ke dapur gangguin mama yang lagi masak. akhirnya gue kelupaan kalo lagi maen, suka diprotes ama temen-temen, hahahaa.... gue suka sebel kalo disuruh jaga.

ada lagi maen pecah piring. tau ga? hehehe... itu sakiitt banget kalo dilempar bola sama anak-anak cowok, makanya gue suka pura-pura sakit peyut kalo pada ngusulin maen ini, hahahaa... dasar cule!

uut, said...

klo anaknya gak suka main keluar,gimana coba :P ,sperti saya ghetooo,cuman main halma doank taunya *<>* ahahahhahahhaha