Tuesday, May 03, 2022

2 Mei 2022

Ing ngarso sing tulodo
Ing madya Mangun Karso
Tut wuri Handayani 

Suwardi Suryaningrat adalah orang yang sangat perduli tentang pendidikan, beliau percaya bahwa modal dari kemerdekaan adalah pendidikan.
Oleh karena itu beliau ikut berjuang di dalam sekolah taman siswa, Suwardi yakin bahwa semua aspek masyarakat harus terdidik apabila ingin bangsa ini menjadi tuan di negaranya sendiri. 

Menurut statistik dari kementerian kesehatan tahun 2016, 1 dari 3 balita yang lahir di Indonesia dalam keadaan Stunting, atau mengalami keterlambatan pertumbuhan (baik otak maupun badan) karena gizi buruk. 

Jadi tahun ini para balita stunting itu masuk sekolah, adalah tugas kita sebagai anggota bangsa untuk mencoba mendidik mereka dalam hal yang simpel dan berguna, seperti kebiasaan yang baik, kinerja, semangat pantang menyerah dan nilai-nilai luhur, semuanya tidak perlu IQ yang tinggi untuk memahami tetapi akan sangat berarti bagi mereka ketika dewasa nanti.

Ini masalah yang sangat pelik, more than you know, bisa kebayang gak 10-12 tahun dari sekarang 1 dari 3 orang yang megang smartphone bego dengan komen2 di sosmed yang lebih bego lagi dan bikin konten yang super bego ? Hanya karena tumbuh kembang mereka tidak sempurna akibat kurang gizi. 

It took a whole town to educate a children. Butuh satu negara untuk mendidik generasi muda, iya setiap dari kamu harus ikut serta.

Hari ini adalah hari pendidikan Nasional, sudah saatnya semua orang Indonesia berpendidikan, tidak cuma di sekolah tetapi juga di tata krama, di sosial media dan di dalam setiap tindakan yang tidak terlihat orang lain.





Gambar Oleh Chris Lebeau - Magazine De Boekenwereld, 32: 4 (2016), p. 15, Domain Publik, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=55972091

Monday, April 04, 2022

The science of repeating



Konon pada zaman pra-aksara (Pre historic atau pra sejarah) semua manusia purba berkomunikasi dengan gerakan tubuh dan gestur, belum terbentuk bahasa, sekitar 2.500 sebelum masehi sampai 650 tahun sebelum masehi. Semua manusia belajar dari pengamatan dan pengulangan. Yang muda mengamati bagaimana yang tua berburu dan mencoba mengulangi semua yang sudah dia amati, termasuk bagaimana binatang predator berburu.

Belajar dengan mengamati dan mengulangi ini sudah tertulis di kode genetik manusia.
Kalau dari kecil kamu melihat orang tua dan sekeliling kamu makan pake centong dan minum pake gayung, akan sangat aneh kalau kalian makan pake sendok dengan garpu. Itulah yang terjadi dengan bangsa Cina, Korea dan Jepang yang makan bubur pake sumpit.

Pada zaman yang serba instan internet sekarang ini generasi muda lupa akan proses ini, mereka pengen semuanya serba cepat. But lo and behold, observing and repeating (termasuk kegagalan ketika mencoba melakukannya) adalah proses yang sangat berarti bagi diri manusia, bagi kehidupan dan cara pandang akan kehidupan.

Sebagai seorang guru SMP zaman sekarang bagi saya sangat sulit untuk menanamkan bahwa proses dan pengulangan adalah hal yang penting, karena disemua bidang kehidupan tidak ada orang yang langsung ahli tanpa harus mengamati si ahli pendahulunya dan mengulang-ulang proses prakteknya sampai jadi ahli.Dari belajar berjalan sampai belajar jualan, belajar naik sepeda sampai doktor bedah, tidak ada yang instan.

Sebagai orang tua masa kini, tolong bantu anak anda mengalami proses pengulangan (dan kegagalan).Ajari mereka untuk menghargai prosesnya, try to ease their pain but let them have it. Karena sedikit sekali yang bisa dipelajari dari keberhasilan ketimbang dari kegagalan.

Steven Covey dalam bukunya 7 habit of highly effective people mengatakan salah satu ciri dari pribadi manusia yang baik (dan biasanya sukses) adalah mental toughness (ketangguhan mental). Darimana datangnya ketangguhan? dari menghadapi kegagalan berkali-kali dan tetap bangkit.

Akhir kata, almarhum Bruce lee pernah berkata "Saya lebih takut dengan orang yang belajar satu jurus tapi diulang seribu kali ketimbang orang yang belajar seribu jurus tapi hanya dilakukan sekali"