Friday, November 24, 2006

pukul ajah

Dapet dari KOMPAS Online


Agar Mental Anak Sehat



Tema mengenai reward and punishment untuk anak sudah kerap dibicarakan, melalui berbagai media massa maupun lewat seminar dan diskusi. Namun, dalam kenyataan masih banyak orangtua yang menerapkan kekerasan fisik kepada anak-anaknya, dengan berbagai alasan.

Bagi psikolog pendidikan dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Lucia RM Royanto, mendidik anak itu pada dasarnya adalah membuat mental anak sehat. Jadi, perasaan anak harus dijaga sebaik-baiknya. Anak rewel, nakal, ngambek, tidak menurut adalah hal yang biasa. Orangtua sebaiknya tidak memberikan hukuman dengan kekerasan fisik (corporal punishment) sama sekali.

Menurut Lucia, hukuman fisik bisa berdampak serius. Salah satunya adalah membuat anak imun. "Awalnya, diceples sudah mempan. Lama-lama dipukuli pun tidak mempan lagi. Anak makin beradaptasi dengan rasa sakit, dan ini bisa menimbulkan agresivitas," katanya.

Dampak lain, kekerasan pada anak mengakibatkan efek modeling atau meniru. Anak yang kerap dipukuli orangtua biasanya akan memukuli teman-temannya. Jika ia tidak belajar dan bersikap terbuka saat dewasa, perlakuan ini pun bisa ditularkan kepada anaknya. Ia akan memukuli anaknya seperti dia dipukuli orangtuanya.

Selain itu, kekerasan juga traumatis dan akan terbawa sampai anak menjadi dewasa. Memang, tidak semua anak demikian, tergantung bagaimana pula lingkungan membentuknya. Bagi orangtua yang mau belajar dan bersikap terbuka, kekerasan yang pernah diterimanya sewaktu kecil tidak akan ditularkan kepada anaknya.

Secara pribadi, Lucia tidak mengharamkan pukulan sama sekali. "Hanya ada satu alasan mengapa anak harus kita pukul, yaitu ketika pengaruh perilaku anak itu membahayakan dia dan orang lain. Misalnya menyeberang jalan seenak perut. Boleh dipukul di paha agak keras, supaya tahu kalau itu tidak boleh," paparnya.

Namun, untuk perilaku seperti tidak akur dengan adik, makan tidak baik dan berceceran, hal itu justru bisa menjadi ajang bagi orangtua untuk berdiskusi dengan anak. "Resolusi konflik itu dengan diskusi. Tunjukan jika orangtua itu marah bukan pada orangnya tetapi pada perilakunya," tutur Lucia.

Masa anak-anak adalah masa bermain, jadi jangan racuni mental anak dengan kekerasan, baik kekerasan fisik maupun psikis. "Sewaktu kecil tidak boleh dikerasi, apalagi kalau sudah besar dan bisa menimbang-nimbang sendiri," katanya.

Ada beberapa tips buat orangtua ketika marah kepada anak:

- Minta orang lain (suami kalau istri yang marah/istri kalau suami yang marah) untuk menasihati anak.

- Diam dan menghitung angka paling tidak satu sampai sepuluh.

- Minum air putih banyak-banyak. (IVV)


Komen gue

Kekerasan yang terjadi pada anak2 adalah suatu bentuk ketidak mampuan orang tua mewujudkan kasih,atau memanajemen emosi.Memang harus di akui bahwa anak kecil itu kadang2 rewel dan extremly menyebalkan.Seperti kata orang sunda:

"mun ka tewak ku urang di baledog jeung kelom nona baru nyaho' sia"

Kadang bila di kontemplasi lebih jauh lagi ,apakah gue ini akan tough kalau dulu gue tidak di pukul oleh nyokap gue kalau gue nakal ?
Pada kenyataanya gue tetep cengeng...maksud gue nangis kalau ada hal yang menyedihkan...sering di pukul tidak membuat gue lebih tegar...tetapi memang gue jadi tidak senang dengan pihak otoritas....for me they just gonna make you misrable because they have a power to do so.Bukannya gue pesimis dengan semua orang2 yang secara struktural formal berada di atas gue posisinya.Gue sering memiliki pemimpin yang baik dan pengertian...sedikit banyak dia mempengaruhi cara gue untuk memimpin orang lain.

Well,setelah gue telusuri lebih jauh lagi ternyata nyokap gue pun diperlakukan sama oleh maminya waktu masih kecil.Mereka di pukul kalau bandel.see the patern ?
Kalau gue mengingat semuanya sekarang..memang gue tidak merasa sedih...atau mungkin itu semua terkubur di alam bawah sadar gue.Yang pasti gue jadi orang yang penakut ketika itu...karena tidak mampu membayangkan konsekwensi yang bakalan gue terima kalau berbuat salah...alhasil gue bukan orang yang suka mengambil resiko...not even a little.Gue juga ga mau jadi achiever karena gue takut kalau gue tidak mencapainya gue bakalan di pukul.I was a mediocre person.

Karena dari hal2 seperti itu gue mulai menyelami psikologi...terutama yang berhubungan dengan masa lalu gue.kekerasan fisik masih terjadi di keluarga gue sampe sekarang...gue melihat bagaimana cara sepupu gue dan tante gue mendidik anak2nya.Gue cuman bisa berkata dalam hati "There must be another way" tapi gue juga masih harus mencari jalan keluarnya...karena memang keponakan gue dan sepupu gue yang masih kecil tuh cowo semua.....aduhhh amit2 aktifnya.

"Life is something you have to face.Does not matter where you come from,the important is where you wanna go and what will you be."

No comments: