Sekali lagi aku berdiri di sini
Angin dingin menusuk di wajah
Tebing yang memanggil
bunyi jangkrik yang bergaung
Rien, segala kenangan itu menghampiri
menerpa dan menerjang
menggetarkan hati dan kelenjar air mata
merembes keluar tanpa permisi
Rien, Masih terasa di hati
slide-slide besar hitam putih
Rien, Selalu terkilas di mata
Gerak gerik awan dan warna lembayung senja
Dingin di sini masih sama seperti 3 tahun kemarin
Gaung yang sama masih berbunyi dari ngarai
Kabut pucat masih menemani
Rien, andai kamu ada di sini
Hangat genggamanmu masih terasa di telapak
Wajah kamu yang sedikit menunduk ketika tersenyum
semburat merah di pipi bila kamu kedinginan
pelukan yang tidak mau lepas ketika kita menanti Matahari
Rien,kuteriakan namamu di sini
Puncak yang sama ketika bibir tertaut pertama kali
Awal dari ratusan kecupan yang tidak bisa hilang
Awal dari perpisahan yang pahit.
Rien andai kamu di sini...
Rien, gaung masih terdengar dari teriakan parau ku
angin masih sebeku hati ku
Rien, kamu menjawab semua pertanyaan ku mengenai arti hidup
Tinggal satu pertanyaan yang belum terjawab
Bagaimana cara melupakan kamu ?
PS : this poem is fictional, any similiarities with name and place is
purely coincidence.
Angin dingin menusuk di wajah
Tebing yang memanggil
bunyi jangkrik yang bergaung
Rien, segala kenangan itu menghampiri
menerpa dan menerjang
menggetarkan hati dan kelenjar air mata
merembes keluar tanpa permisi
Rien, Masih terasa di hati
slide-slide besar hitam putih
Rien, Selalu terkilas di mata
Gerak gerik awan dan warna lembayung senja
Dingin di sini masih sama seperti 3 tahun kemarin
Gaung yang sama masih berbunyi dari ngarai
Kabut pucat masih menemani
Rien, andai kamu ada di sini
Hangat genggamanmu masih terasa di telapak
Wajah kamu yang sedikit menunduk ketika tersenyum
semburat merah di pipi bila kamu kedinginan
pelukan yang tidak mau lepas ketika kita menanti Matahari
Rien,kuteriakan namamu di sini
Puncak yang sama ketika bibir tertaut pertama kali
Awal dari ratusan kecupan yang tidak bisa hilang
Awal dari perpisahan yang pahit.
Rien andai kamu di sini...
Rien, gaung masih terdengar dari teriakan parau ku
angin masih sebeku hati ku
Rien, kamu menjawab semua pertanyaan ku mengenai arti hidup
Tinggal satu pertanyaan yang belum terjawab
Bagaimana cara melupakan kamu ?
PS : this poem is fictional, any similiarities with name and place is
purely coincidence.
No comments:
Post a Comment