Anak gue altair males sekolah,dia malas bangun pagi, dia males banget belajar, maunya main komputer.
Trus kemaren dia bilang, gue mau kerja ajah, di subway jadi tukang bikin sandwich..lol.
"It is easier, you just put stuff on the bread" katanya.
Gue pernah bilang bahwa dirumah ini cuma ada 2 macam orang, yang belajar sama yang cari duit or kerja.Gak boleh ada pemalas.
Dia pikir kerja jauh lebih mudah daripada belajar (jadi pelajar).
Argumen dia selalu "Kenapa gue kudu belajar ini semua kalau nanti kagak kepake ketika gue gede?" emaknya gelagapan kalau ditanyain kaya gitu, karena dia juga punya pemikiran yang sama.
Gue ? hohohoho, ntar dulu, sini gue ceramahin kenapa elo kudu bikin PR, belajar hal yang elo kagak pake, belajar untuk ulangan...
Didalam hidup yang akan elo lalui, manusia itu akan dipaksa untuk terus belajar/berkembang/berubah.Bahkan ujaran tidak ada yang kekal di dunia ini kecuali perubahan itu betul adanya.
Sekolah, walaupun keliatannya gitu-gitu ajah dan monoton, justru memiliki banyak kondisi yang menuntut perubahan dari anak-anak, kemaren matematika eh sekarang bahasa, tadi pagi sejarah sekarang biologi, minggu lalu lagi ngomongin sriwijaya eh minggu ini udah sampe majapahit.
Pelatihan yang didapat dari sekolah itu lebih kepada kebiasaan dalam menerima perubahan, kemampuan adaptasi, kemampuan belajar hal baru, kemampuan menghadapi tekanan (kalau lagi ujian), disiplin, belajar mendengarkan dan menyimak...Anak sekarang saking demen short video, span of concentration mereka sangat pendek, padahal di dunia nyata kalau mau sukses kita dituntut untuk punya konsentrasi yang cukup.
Pelatihan di sekolah adalah pelatihan yang membiasakan, pernah dengar ujaran "sukses, harus dipaksa".Itu benar di dalam kehidupan. Pernah lihat atlit olimpiade ? selama 4 tahun memaksa diri tiap hari untuk latihan, bangun pagi, makan teratur dan diatur untuk sebuah event yang belum tentu elo menang dapat medali emas.Sekolah ? terpaksa bangun pagi, terpaksa bikin PR, terpaksa belajar hal baru, terpaksa pake seragam (or not), terpaksa mematuhi aturan..semuanya serba terpaksa..."tapi aku gak merasa dipaksa", well good for you, kuncinya senanglah dengan kegiatan yang akan bikin elo sukses....dan lo and behold, kebahagiaan dan kesenangan adalah hal yang bisa elo atur sendiri.
Hidup ini kalau elo mau berhasil , ya harus di paksa, kalau elo gak paksa diri elo, orang lain atau keadaan yang akan memaksa elo, elo pikir elo seneng bekerja setiap hari ? pasti ada hari-hari elo gak pengen pergi kerja kan ? but you do it anyway...intinya hidup itu penuh dengan pemaksaan...wong gravitasi itu memaksa elo untuk tidak terlalu cepat berpindah dari satu titik ke titik yang lain.
Terlepas elo bakalan pakai rumus phytagoras dalam kehidupan sehari-hari elo atau kaga, belajar sesuatu yang baru is always a must,elo pacaran, belajar jadi pacar yang baik, elo pindah kerja,belajar lagi korporate traditionnya, SOPnya....elo punya usaha sendiri ho..ho...ho malah lebih parah, sekarang elo harus belajar semuanya dari hulu sampai hilir..."Tapi aku kan kaya , bisa hire orang untuk melakukan hal itu semua", yeah well, siap-siap di tipu....sama orang lain atau sama perasaan elo sendiri.Apalagi? menikah? belajar jadi suami (its never ending believe me),punya anak (really ?) dan ketika elo punya anak elo baru mengerti kenapa dulu elo harus sekolah.
"Yatapi, belajar kan gak harus sekolah" ya benar, bisa dimana saja, sebagai orang tua kalau elo sanggup menciptakan kondisi agar anak-anak elo bisa sustain belajar di rumah, ya silahkan ajah....wong pandemi kemaren membuktikan sebaliknya kok...banyak orang tua pengen anaknya gak dirumah dan sekolah cepet-cepet dibuka.
"Jadi mau bilang apa sama anak-anak yang gak mau sekolah?" the truth, it will set you free.
Bahwa sebagai orang tua yang nanti mati dan meninggalkan anaknya untuk hidup di dunia yang penuh paksaan ini, sekolah adalah kondisi yang baik (Bukan terbaik, karena pedagogi dasar dimulai dari orang tua/rumah) untuk mempersiapkan mereka menghadapi dunia itu.